Arti Sedekah Bumi Bagi Masyarakat Desa Colo

Paket Sewa Mobil Lombok

Arti Sedekah Bumi Bagi Masyarakat Desa Colo

Arti Sedekah Bumi Bagi Masyarakat Desa Colo

Kudus-Penduduk desa hingga sementara ini tetap menjaga perayaan sedekah bumi. Perayaan yang digelar pun begitu banyak ragam berasal dari yang menanggap wayang kulit, tayub, serta mengadakan pengajian.
Ritual yang berlaku didaerah desa pun begitu banyak ragam pula. Dari penentuan hari pelaksanaan, upacara-upacara tirakatan, hingga penentuan tempat.
Dari Universitas Muria Kudus (UMK), Kholidin, reporter Portal UMK, sore itu menapaki jalan ke arah utara, menuju Desa Colo. Jalan yang merasa menanjak melintasi area Dawe. Kesejukan kondisi pegunungan pun kian menempel sementara sepeda motor kami hingga di kawasan Kajar. Pemandangan indah terpampang di sekeliling jalan. Jalan semakin menanjak dan berliku, dan tanpa merasa perjalanan kami sudah hingga yang kami tuju.

Tibalah kami di sebuah desa yang jadi area wisata religi, dimana keberadaan Sunan Muria ada di sebelah atas desa yang kami kunjungi, Desa Colo Rt. 3, Rw. I Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus itulah alamat yang kami tuju, dan sebagai area pelaksanaan sedekah bumi khas Desa Colo dilangsungkan. Suara gamelan pun menyambut kami dengan diiringi nyanyian sinden pengiring wayang kulit sore itu, dengan mengangkat lakon Among Tani.
Pengunjung berjubel melihat ritual tahunan pageran wayang kulit. Nampak disela-sela mereka terdapat pula anak-anak yang ikut melihat wayang kulit didampingi orang tua mereka.
Saat nada Adzan Magrib tiba, pagelaran wayang kulit itu terhentikan. Serempak penonton berhamburan membubarkan diri menuju rumahnya masing-masing. Setelah tidak cukup lebih tiga jam, pageran wayang kulit pun digelar kembali, dan kondisi pun lagi ramai hingga menjelang Adzan Subuh.
Pagelaran wayang kulit terhadap ritual sedekah bumi bagi masyarakat Desa Colo, merupakan upaya untuk memelihara warisan budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka. “Disamping itu, wayang juga terdapat banyak ajaran-ajaran baik,” Ujar Khoirul Falah, Kepala Desa Colo.

Menurut pembicaraan sang kepala desa, cerita pagelaran wayang di siang hari mengetengahkan tema Among Tani, cerita berkenaan asal-usul padi. “Kalau malam temanya sesuai untuk menopang program kerjanya pemerintah desa” kata Falah. Dalam ritual sedekah bumi, di hari pertama ada penyembelihan hewan kerbau kemudian dibagikan kepada masyarakat. Malam harinya masyarakat melaksanakan tirakatan https://makanberkah.com/ .

Di hari ke dua melaksanakan wasilah (pembacaan) doa) di makam Sunan Muria yang berada di pucuk lereng Gunung Muria. Siangnya diselenggarakan pagelaran wayang kulit hingga dini hari.
“Ritual sedekah bumi dipilih terhadap hari Sabtu Wage, Bulan Apit, dan tidak bisa diganti hari, dan bulan lainnya. Ya terkecuali lupa, itu tiba-tiba ada masyarakat yang mengingatkan,” tambah Falah.

Pelaksanaan sedekah bumi merupakan inisiatif dan swadaya berasal dari masyarakat.

Tiap Kepala Keluarga (KK) ditarik iuran lima belas ribu rupiah. Menurut Falah pelaksanaan sedekah bumi belum dulu didanai oleh anggaran Dinas Pariwita Kudus. Falah sendiri pun mengakukalau pemerintahan Desa Colo juga tidak bisa menganggarkan dana berasal dari APBDES, sebab dananya cukup terbatas. “Total keseluruhan dana pelaksanaan sedekah bumi sendiri menggapai 28 juta, sedangkan APBDES pertahun Cuma 60 juta, nanti habis dananya cuma untuk sedekah bumi,” Papar pria berkumis itu.

Terlepas berasal dari masalah biaya, pelaksanaan sedekah bumi di sebagian desa yang ada di Kudus senantiasa berjalan. Namun tidak ada salahnya terkecuali warisan budaya yang ada di Kabupaten Kudus, mendapat perhatian berasal dari dinas terkait. (Kholidin, Portal UMK)